Pengalaman ter-epic di sepanjang tahun 2024 adalah waktu perjalanan dari Bandung ke Bali menggunakan Harley Davidson WL yang debut pada tahun 1942 silam. Motor klasik tanpa suspensi ini, sukses menemani petualangan saya dan suami menuju event besar Hari Jadi ke-35 Himpunan Motor Tua Bali yang bertajuk Power in harmony.

Persiapan fisik, mental dan juga itinerary yang telah dirancang bisa membuat touring endurance ini berjalan lancar.
Berangkat dari Bandung tepat setelah waktu subuh, di mana suasana masih sepi dan dingin. Jalur Cibiru yang biasanya macet pun, bisa dilewati dengan santai dan mudah. Motor WL hitam yang dikendarai suami terus melaju dengan kecepatan tinggi, membelah setiap kelokan di sepanjang lintas selatan dengan semilir angin yang menyejukan.
Selasa, 29 Oktober 2024. Waktu saat itu menunjukkan pukul 18.00 WIB, ketika kami menikmati soto kudus di Jalan Laksda. Adisucipto atau dikenal dengan Jalan Ambarukmo, Yogyakarta. Kondisi badan yang mulai lelah, ingin mandi dan istirahat. Sesuai rencana, kami beristirahat di Hotel Harris, Solo, dan akan melanjutkan perjalanan kesesokan paginya.

Setelah bermalam di Solo dan beristirahat yang cukup.
Kami pun melanjutkan perjalanan di bawah teriknya belahan bumi bagian Tengah ke arah Timurnya Jawa.
Cuaca yang super hot, bikin mata auto melehoy menahan kantuk yang tak tertahankan.
Asli butuh tegukan kopi Oatside dingin ini mah!
Saat mencari keberadaan Indomaret atau Alfamart yang mendominasi pasar di sepanjang jalanan nasional seantero Nusantara. Pandangan lumayan tercerahkan menikmati suguhan alam di sepanjang jalan Caruban yang hijau menyejukkan.
Mindset yang siap dengan berbagai kemungkinan yang tak dapat diprediksi, termasuk saat motor mogok. Ya, namanya juga motor tua, ada aja kendalanya. Tapi, di sinilah keseruan turing yang bisa dinikmati. Dari sudut pandang aku sebagai boncenger, tentunya harus bersikap tenang dan sabar sambil berdoa agar semuanya dimudahkan. Karena selama itu juga, suami berusaha untuk memperbaikinya dengan enjoy dan cool, hehe.

Sementara, tujuan untuk bisa beristirahat di Banyuwangi malam ini sepertinya hanya angan belaka. Ya udah lah, sesampainya aja di mana ya. Dinikmati aja turing ini dengan senyamannya, rasakan setiap momen motor tua yang debut tahun 1943 ini saat “protes” minta perhatian a.k.a mejus bin mogok.
Turing kali ini sungguh mengesankan!
Masya Allah Tabarakallah.
Perjalanan Bandung – Bali ditempuh dengan jarak 937 mil atau 1507 KM, dua kali bermalam untuk istirahat di Kota Solo dan Bangil, Jawa Timur.

Memilih motor kesayangan, Harley Davidson WL 1943 untuk mendampingi petualangan kali ini.
Padahal aku berharap bisa pergi pake HD Shovellhead. Tapi WL adalah tantangan bagi suamiku yang merupakan motor ridig tanpa suspensi, di mana harus membonceng aku yang ngotot minta ikut wkwkwk
Nggak heran, saat bertemu rombongan teman-teman suami dari berbagai kota di hotel dan rest area Probolinggo (Paiton), mereka terkaget-kaget tau aku dibonceng langsung dari Bandung. Luar biasa ceunah mau-maunya dibonceng pake WL haha..

Dan si WL adalah satu-satunya motor yang dibawa terjauh ke acara HMT Bali kemarin, tanpa ditowing.
Menikmati momen perjalanan dengan stamina yang fit dan nggak kerasa pegel seperti sebelumnya. Mungkin efek dari ngegym juga, sih!
Bahkan, setibanya di Bali itu hanya bisa istirahat pas malam mau tidur aja. 4 hari di Bali rasanya masih belum cukup, meski tak banyak mengeksplor destinasi yang masuk ke bucketlist, tapi masih bisa seseru itu!

Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah atas penjagaan yang sempurna dan kemudahan selama perjalanan kami.
Banyak yang nanya, balik pake pesawat terus motornya dipaketin? Iya, karena alasan pekerjaan yang mendesak dan efisiensi waktu, tenaga juga. Motor ditowing dari Bali sampai ke rumah. Walaupun si ayah keukeuh pengen baliknya bawa motor lagi sebenernya, duuh ampun deh!
Kisah ini dibarengi rasa lelah, dan cape pastinya. Tapi meninggalkan jejak cerita seumur hidup yang begitu mengesankan!
Makanya, kenapa turing itu bikin cape, lelah, letih, lesu tapi nggak kapok? Ya, susah jawabnya sih. Hanya yang bisa merasakan pengalaman ini yang akan mampu memahaminya.