Raudhah, sebagai salah satu tempat yang menjadi tujuan utama saat menjalankan ibadah haji atau umroh. Berada di dalam area Masjid Nabawi yang terletak di antara rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam (kini merupakan makam beliau) dan mimbar yang digunakan oleh beliau untuk berdakwah.
Raudhah ditandai dengan pilar-pilar megah berwarna putih dengan karpet hijau yang disebutkan oleh beliau sebagai taman surga, serta menjadi salah satu tempat mustajabnya doa. Sebagaimana termaktub dalam sabdanya, “Satu sholat di Masjid Nabawi lebih baik daripada seribu sholat di tempat lain, kecuali di Masjidil Haram.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan melakukan ibadah di Raudhah inilah yang menjadikan jamaah haji dan umrah begitu antusias untuk mengunjunginya. Nggak heran, kita harus sabar mengantri menunggu giliran masuk sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Dari Travel Umrah sendiri, kita sebagai jamaah sudah mendapatkan tasrih atau surat izin khusus untuk masuk Raudhah melalui Muassasah yang disimpan oleh Muthawif. Surat Tasrih ini dikeluarkan oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi berisi tentang jumah dalam rombongan, waktu masuk, nomor pintu masuk, nomor gerbang masuk, serta daftar nama dan nomor paspor jamaah.
Jadwal ziarah Raudhah ikhwan dan akhwat dibedakan waktunya.
Jamaah ikhwan pagi jam 11.00 – Isya waktu Arab Saudi, malam jam 00.30 – Subuh waktu Arab Saudi.
Sementara akhwat mulai dari sholat subuh – jam 11.00 waktu Arab Saudi, malam ba’da sholat Isya – jam 00.00 waktu Arab Saudi.
Tentu saja, rombongan akhwat dipimpin oleh muthawifah yang sudah dipersiapkan oleh pihak travel. Setelah sholat subuh selesai, muthawifah memberikan sedikit penjelasan dan arahan tentang tata cara masuk Raudhah. Perjalanan dari titik kumpul di area Masjid Nabawi pintu 330 ke Raudhah ditempuh dengan berjalan kaki dalam waktu beberapa menit saja.
Setelah mengantri di depan gerbang masuk yang disesuaikan, rombongan Ahlam Travel pun dipersilahkan memasuki pintu Raudhah dengan tertib. Namun ternyata, di area dalam telah dijaga ketat oleh askar wanita, kami masih menunggu antrian lagi untuk masuk dan melakukan sholat sunnah dan ibadah lainnya di hamparan karpet hijau. Ya, ciri Raudhah adalah karpet hijau, tempat di mana jamaah menuangkan segala isi hati dan pikirannya untuk bermunajat di atasnya.
Di sela waktu mengantri, kami berada tepat di samping area makam Rasul. Sesaat hati berdesir atas perjumpaan yang begitu diharapkan, lagi dan lagi, alunan dzikir dan doa yang mengalir kian bergulir setulus sukma. Berada di tempat mulia ini terasa begitu sesaknya, gejolak asa mencengkram jiwa. Dan inilah realita dari setiap doa yang terkabulkan, berbaur di antara rasa syukur, haru serta bahagia yang menyertainya.
Beberapa menit kemudian, tibalah rombongan kami berdesak masuk. Subhanallah, beginilah rasanya berebut tempat untuk meluapkan kerinduan yang membuncah tak tertahankan. Rombongan Ahlam pun berpencar, tapi aku berusaha untuk tidak terlepas dari mamah dan Kakak. Tiba-tiba, tanganku ditarik muthowifah agar bisa menempati ruang kosong untuk sholat.
Suasana ramai sedikit tak terkendali, puluhan orang saling berebut tempat untuk bersujud. Namun, hal tersebut tak menyurutkan keinginan kami untuk mencari celah agar bisa sholat walau bergantian, dan memanfaatkan waktu yang sempit ini dengan maksimal. Masih belum selesai sholat pun. Tangis itu pecah! Air mata tumpah dalam sujud panjang beruntai doa, tak ada yang dipikirkan selain harapan dan permohonan setulus cita. Hati yang terpaut begitu dekat, seperti keyakinan ini kuat begitu bulat. Aku ingin berserah sepenuhnya, tenggelam dalam kemurnian telaga cinta berjuta asa.
Sungguh, rasanya ingin sekali ini egois tak memikirkan orang lain. Berlama-lama melepaskan emosi yang tersimpan hingga lega, tapi riuh dan ramainya manusia perindu surga menyadarkanku untuk segera beranjak dan berbagi tempat.
Setelah berada di luar masjid berkubah hijau itu, perasaan masih berkecamuk dalam haru biru. Rabb, izinkan aku kembali, lagi dan lagi. Kan ku genggam asa ini dalam balutan rindu yang tak pernah bertepi.