Mendadak Palembang
Awalnya tak ada rencana pergi jauh.
Paling juga momotoran sekitar Jabar aja, soalnya udah ada janji mau makan bareng di Skyline sama Kk.
Tampak langit kurang mendukung, cuaca dari pagi adem ayem romantis, kayak enak buat mager wkwkw..
Jadi, acara touring auto skip.
Tapi ya, punya pasangan extrovert itu konsepnya nggak jalan nggak seru, dan nggak ada capenya! Padahal baru aja sampai Bandung, udah bahas mau jalan kemana kita?
Carilah tiket KAI tujuan ke Surabaya. Jelang libur tahun baru gini udah pasti rame dan tiket kereta juga penuh. Iya sih, bisa pergi tapi nggak bisa pulang. Tiket perginya masih ada slot kosong, tapi baliknya full semua dong! Oke, skip lagi.
Terus pak suami udah dari lama pengen main ke Ujungpandang, tapi liburannya cuma sebentar doang mah sayang tiketnya juga mahal. Oke, skip lagi.
Seharian tuh ngotak ngatik Skyscanner dan Agoda nyariin tiket pesawat dan hotel ke beberapa tujuan yang disebutkan, tapi nggak ada yang jadi huhuu..
Saat kemageran semakin mendera. Tiba-tiba disuruh packing mau jalan ke Lampung. Ya udah bungkus, eh ayo kita cuss!
Sayangnya si Kk udah ada acara, jadilah kami jalan berdua.
Makan malam mampir di Serang, dapat rekom Soup Ikan Taktakan yang seger bikin melek. Lanjut lagi yuk jalannya ke arah Pelabuhan Merak buat nyebrang.
Sampailah kami di Bakauheni. Lampung udah deket nih, pencarian kuliner khas Lampung sudah dikantongi dari rekomnya Tiktoker. Tapi kami belum booking hotel, lalu yang nyetir pun galau dan bilang mau langsung ke Palembang aja ya. Hee?!
Udah deh, langsung nyari hotel di Palembang. Nemu Harper by Aston, menurut info di Agoda jarak ke pusat kota hanya 1,8 KM saja.
Tapi kenapa aku ikutan galau ya? Malahan tertarik Aryaduta di Palembang Square, yang dulu pernah ikut pameran di sana, sepuluh tahun lalu. Enak dekat kemana-mana, bisa jalan ke Mall PS atau Palembang Icon sekalian mengenang masa keemasan ngebolang, hadeuuh.
Dan BM-nya aku selama di Palembang pun sukses terlaksana. List kuliner dan jogging di Jembatan Ampera cukup memuaskan, Alhamdulillah.
Oyah, ada sedikit drama soal tiket kapal sih.
Menyeberangi Selat Sunda
Momen menikmati laut lepas saat menyebrangi satu pulau ke pulau lainnya adalah keindahan yang patut disyukuri. Dari atas kapal ferry inilah aku bisa melihat karunia Allah Ta’ala yang begitu luasnya, Masya Allah Tabarakallah.
Seperti bagian dari perjalanan ke Palembang kemarin. Menanti naik kapal mulai dari antrian di Pelabuhan, sampai duduk manis menatap kilau air laut yang membawa kami ke tujuan itu, …seru!
Meski agak sulit mencari tempat duduk di ruangan dalam yang ber-AC, tentu saja lounge juga sudah penuh. Jadi kami memilih tempat duduk di luar, sembari ngopi sachet bisa menikmati riak ombak di baawah temaramnya sinar rembulan begitu tenang dan hawa laut yang hangat.
FYI. Sejak tanggal 11 Desember 2023 ada peraturan baru untuk pembelian tiket online hanya bisa dilakukan dalam jarak 4,7 KM sebelum pelabuhan dan batas waktu satu jam sebelum jadwal keberangkatan yang dipilih.
Pengalamanku kemarin, sudah sampai pintu masuk pelabuhan baru beli tiket online dan ternyata nggak bisa karena peraturan baru tersebut. Akhirnya, harus balik sejauh 5 KM untuk bisa membeli tiketnya. Padahal sebulan sebelumnya waktu suami touring ke Lampung sih, masih bisa.
Begitupun arah menuju Pelabuhan Bakauheni dilakukan pengecekan tiket online oleh petugas gabungan TNI/Polri, di rest area yang berjarak 4,24 KM sebelumnya.
Jadi, persiapkan tiket onlinenya melalui aplikasi Ferizy dulu ya. Untuk kapal ferry express, tarif mobil golongan IV A 670 rb. Aku kemarin sudah termasuk penumpang 2 orang, bawa double cabin yang ternyata salah milih golongan mobilnya wkwkwk. Harusnya IV B dengan tarif 480 rb.
Lumayan ya, selisih tarifnya bisa buat masuk VIP Lounge 60rb/ orang, meski agak susah dapatnya karena slot terbatas hanya untuk 28 orang. Beruntung, pada perjalanan pulang kami masih mendapatkan 2 slot yang batal. Fasilitas yang didapatkan, ruangan mewah full AC dengan sofa atau beanbag dengan complimentary snacks dan welcome drink.
Selagi antri kapal juga bisa mampir ke mall pelabuhan untuk sekedar numpang toilet atau jajan ya. Perjalanan dengan kapal express hanya satu jam, apalagi kalo dapat lounge nggak kerasa banget waktunya. Menarik ini sih, jadi pengen nyebrang lagi hihihi..
Begitu keluar dari kapal pelabuhan Bakauheni, kami pun melanjutkan perjalanan melalui akses tol Palembang dengan jarak 330 kilometer yang menempuh waktu sekitar 5 jam.
Kuliner Palembang Begitu Menggoda
Setibanya di Kota Palembang, malam kian larut. Kami pun beristirahat dengan nyaman, lalu terbangun dengan semangat untuk beraktivitas pagi. Jogging di sekitaran Jembatan Ampera, lalu mampir ke pasar tradisional untuk mencicipi durian yang kebetulan tidak sesuai ekspektasi rasanya, hehe.
Masih teringat dulu pernah beli oleh-oleh kerupuk khas palembang di dekat pasar, tapi sekarang udah nggak nemu lagi. Waktu aku tanya ke beberapa orang, disarankan untuk membelinya di Pasar 16 Ilir yang merupakan pusat perbelanjaan tradisional terbesar dan legendaris.
Pasar 16 Ilir terletak di Jalan Pasar Baru, 16 Ilir, Kota palembang, tidak jauh dari Jembatan Ampera dan bibir Sungai Musi. Untuk mengaksesnya sangatlah mudah, berbagai kebutuhan oleh-oleh khas Palembang bisa ditemui di pasar ini. Hanya dengan berjalan kaki di sekitaran pasar banyak ditemui toko yang menyediakan pempek dan juga aneka kerupuk dengan harga dan kualitas bervariasi.
Dan hal wajib lainnya saat berada di palembang adalah jajan pempek legendaris seperti candy dan Vico yang tokonya bersebelahan. Namun sayangnya, pempek krispi di Vico sudah tidak tersedia lagi saat ini.
Setelah puas menuntaskan keinginan makan pempek dkk, pindang khas Palembang menjadi destinasi berikutnya yang harus diselesaikan. Pencarian pindang legend melalui Tiktok pun segera dilakukan, ada beberapa pilihan rumah makan pindang yang direkomendasikan.
Kami memilih RM. Pindang Musi Rawas berlokasi di Jalan Angkatan 45, dekat lampu merah Demang Lebar Daun. Mulai dari parkiran yang lumayan luas dan dipenuhi oleh mobil, kami yakin bahwa rumah makan ini adalah pilihan tepat. Tempat yang terbatas tapi menyajikan banyak menu pilihan pindang dan kuliner lezat lainnya begitu menggoda jika dilewatkan.
Dari beberapa menu yang dicicipi, ternyata semuanya enak dan auto bikin lidah bergoyang. Beneran nggak ada obat, deh! Lalapan di sini juga cukup unik, nggak ada di Bandung mah. Harga per porsi lumayan sih ya, pindang udang galah besar isi satu ekor berkisar Rp. 125 ribu per porsinya. Pindang patin Rp. 45 ribu dan yang bikin nagih adalah ikan kecil krispi yang awalnya kami kira ikan teri, padahal ikan air tawar yang rasanya gurih dan teksturnya garing kriuk. Makan berdua habis Rp 600 ribuan di palembang itu cukup woow juga ya, tapi puas juga sih!
Potret Kehidupan Sungai Musi
Saat melintasi Sungai Musi dari atas Jembatan Ampera yang membelah Kota Palembang menjadi dua bagian, Ilir dan Ulu. Di situlah aku bisa merasakan denyut kehidupan yang berperan besar bagi masyarakat pesisir Sumatera Selatan.
Sungai Musi menjadi jalur utama transportasi barang dan penumpang. Sungai yang di mana akan tetap menjadi andalan warga Palembang dan sekitarnya, untuk memenuhi kebutuhan pokok yang mengalir dari Pasar 16 Ilir ke daerah-daerah pedalaman yang belum memiliki jalur darat.
Melalui Sungai Musi pula, bahan bakar minyak yang dihasilkan kilang minyak Sungai Gerong dan Plaju, pupuk dari PT. Pupuk Sriwijaya, tandon buah segar sawit, minyak mentah sawit dan produk turunannya dikirim dari Palembang melalui Selat Malaka.
Mungkin salah satunya adalah PT. London Sumatra Indonesia Tbk, dengan kode emiten LSIP juga menggunakan jalur ini. Bahkan, kapal-kapal tongkang pengangkut batubara juga tampak seliweran melintasi Sungai Musi. Aku sebagai pemegang saham LSIP dan beberapa sektor cyclical batubara yang menikmati dividennya, turut merasakan geliat kehidupan di Sungai Musi ini.
Pengalaman tak terlupakan dari aliran Sungai Musi lainnya adalah saat sepuluh tahun lalu berkunjung ke Pulau Kemaro menggunakan perahu. Aku yang takut air, apalagi air sungai berarus yang warnanya udah kayak bajigur ini auto bikin degdegan sepanjang perjalanan.
Lumayan seru sih, karena perginya bareng rombongan teman pameran yang sampai sekarang jadi kenangan. Tapi, kalo sekarang diajak lagi ke sana aslinya nggak mau, ah! Mungkin karena faktor U yang bikin nyali makin ciut, Wkwkwk..
Meski hanya 3 hari 2 malam berwisata dan ini adalah kali ketiganya aku ke Palembang, hasilnya cukup memuaskan dan pengen buat balik lagi. Mungkin harusnya nanti ditambah destinasi wisata alam juga biar makin seru.
Adakah rekomendasi tempat wisata yang harus dikunjungi kalo ke Palembang lagi?